Halaman

Sabtu, 16 Oktober 2010

tugass konsumenn " Keputusan & persepsi konsumen "

Keputusan dan persepsi Konsumennn ..

A. Proses dan Perilaku Pengambilan Keputusan
Schiffman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa: setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu.
Sedangkan menurut Lamb, et al (2001) menyatakan bahwa: keputusan konsumen untuk menetapkan pilihan terhadap suatu produk dan pilihan-pilihan jasa dapat berubah secara terus-menerus. Setelah mendapatkan informasi dan merancang sejumlah pertimbangan dari produk yang tersedia, konsumen siap untuk membuat suatu keputusan.
Berdasarkan uraian di atas berbagai macam keputusan seringkali harus dilakukan oleh setiap konsumen pada setiap hari. Konsumen melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan. Sebuah keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan.
Suatu keputusan melibatkan pilihan alternatif. Pemasaran biasanya terkait pada perilaku pembelian konsumen, terutama pilihan mereka. Semua aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen. Akan tetapi inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengkombinasi pengetahuan untuk mengevaluasi alternatif-alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Proses pengambilan keputusan tersebut antara lain:
1. Pengenalan masalah
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi yang sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal atau rangsangan eksternal seseorang.
2. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, antara lain:
Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, dan kenalan
Sumber komersil : iklan, tenaga penjualan, penyalur, pameran
Sumber umum : media massa, organisasi konsumen
Sumber pengalaman : pernah menangani, menguji, menggunakan produk
3. Evaluasi alternatif
Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Keputusan membeli
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap pilihan-pilihan. Konsumen mungkin juga membentuk tujuan membeli untuk merek yang paling disukai. Walaupun demikian ada dua faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli. Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada dua hal, antara lain:
Intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap altenatif pilihan konsumen
Motivasi konsumen untuk menuruti keingian orang lain tersebut
Semakin tinggi intensitas sikap negatif orang lain tersebut akan semakin dekat hubungan orang tersebut dengan konsumen, maka semakin besar kemungkian konsumen akan menyesuaikan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Pada saat konsumen ingin bertindak, faktor-faktor keadaan yang tidak terduga mungkin timbul dan mengubah tujuan membeli.
5. Perilaku sesudah pembelian
Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat ketidakpuasan. Konsumen tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan menggunakan produk yang akan menarik minat pemasar. Pekerjaan minat pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung periode sesudah pembelian.
Kepuasan pembelian merupakn fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas produk tersebut dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya guna produk tersebut dibawah harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut akan merasa dikecewakan. Jika memenuhi harapan pelanggan, maka pelanggan tersebut akan merasa sangat puas. Perasaan-perasaan ini mempunyai arti dalam hal apakah pelanggan akan membeli produk itu lagi dan membicarakan tentang produk tersebut kepada orang lain secara menguntungkan atau merugikan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan menurut Kismono (2001) adalah sebagai berikut:
1. Faktor Budaya
Merupakan penentu yang paling fundamental dalam membentuk keinginan dalam keputusn pembelian karena berdasarkan persepsi, represi, dan proses sosialisasi lingkungan.
2. Faktor Sosial
Merupakan faktor yang mempengaruhi kelompok reprensi, keluarga, dan peranan sosial dalam masyarakat
3. Faktor Kepribadian
Merupakan faktor karakteristik pribadi yang memepengaruhi tingkah laku.
4. Faktor Psikologis
Terdiri atas motivasi, persepsi, pembelajaran, dan keyakinan.
B. Persepsi Konsumen
Boyd, et al (2000) menyatakan bahwa: persepsi (perception) adalah proses dengan apa seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasi informasi.
Menurut Lamb, et al (2001) menyatakan bahwa: karakteristik pribadi konsumen – seperti kebutuhan, sikap, kepercayaan, dan pengalaman masa lalu tertentu mereka terhadap kategori produk – mempengaruhi informasi yang mereka perhatikan, kuasai dan ingat. Karakteristik pesan itu sendiri dan cara pesan itu disampaikan juga mempengaruhi persepsi konsumen. Proses dimana kita memilih, mengatur dan menginterpretasikan rangsangan (stimulus) kedalam gambaran yang memberi makna dan melekat disebut persepsi. Singkatnya, persepsi adalah cara kita memandang dunia di sekitar kita serta bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita membutuhkan bantuan dalam membuat suatu keputusan pembelian.
Persepsi setiap orang terhadap suatu obyek akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subyektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya.
Dibandingkan dengan perusahaan manufaktur, pemasaran jasa menghadapi beberapa masalah yang unik dalam penawarannya. Sebelum pembelian terjadi, seseorang mungkin saja menggunakan konsumen lain sebagai petunjuk jasa yang akan dibelinya dan untuk segmen pasar jasa tersebut. Konsumen lain dapat juga mempengaruhi persepsi tentang jasa.
Sering terjadi bahwa pengalaman tentang jasa itu sendiri sering dipengaruhi oleh konsumen lain. Pengalaman seorang konsumen bisa saja dengan mudah mempengaruhi sejumlah konsumen lain. Kadang-kadang, kebutuhan seorang konsumen bahkan bertentangan dengan konsumen lain.
Citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen. Persepsi konsumen terhadap kualitas jasa (consumer perceived service quality) merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa dari sudut pandang konsumen. Hal ini yang harus di kenali oleh pemasar, untuk mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk atau jasa. Konsumen akan mau membayar lebih apabila mereka kebutuhan telah terpenuhi dan memuaskan.
Referensi:
Kismono, Gugup. 2001. Pengantar Bisnis. Yogyakarta : BPFE
Lamb, Charles W; Joseph F. Hair; dan Carl McDaniel. 2001. Pemasaran. Alih Bahasa. David Octarevia. Edisi Pertama. Jilid Pertama. Jakarta: Salemba Empat
Boyd, W. Harper Jr., Orville C. Jr. Dan Jean-Claude Larreche. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga
Schiffman, Leon dan Kanuk, Leslie Lazar. 2007. Perilaku Konsumen. Alih Bahasa. Jakarta: Indeks

Sabtu, 09 Oktober 2010

tugas psikoligi konsumen

Perilaku Konsumen

  1. A. Pengertian

Setelah kita membahas tentang psikologi konsumen, konsep konsumsi, konsumen, konsumtif dan konsumerisme, sekarang saatnya kita akan membahas tentang perilaku konsumen itu sendiri.

Perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Selain itu perilku konsumen merupakan,“Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services” (Loudon dan Della Bitta, 1993). Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

Sedangkan menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

Dari pengertian di atas, ada dua elemen penting yaitu elemen proses pengambilan keputusan dan elemen kegiatan secara fisik. Kedua elemen tersebut melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan serta menggunakan barang dan jasa. Konsumen membeli barang dan jasa adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut. Jadi perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen saja, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasaan dan dalam kondisi macam apa produk dan jasa yang dibeli.

  1. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan landasan teori dan berdasarkan keputusan pembelian dari pembeli.

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berdasarkan landasan teori

Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Y Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

Y Faktor internal

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berdasarkan keputusan pembelian dari pembeli

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

Y Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam bagi perilaku konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.

Y Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.

Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

Y Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ).

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.

Y Faktor Psikologis

Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan.

Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi:

• Perhatian yang selektif

• Gangguan yang selektif

• Mengingat kembali yang selektif

Pembelajaran menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedang kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

Y Faktor Marketing Strategy

Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah:

ü Barang

ü Harga

ü Periklanan dan

ü Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.

Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis panah dua arah antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen dalam gambar 1.1 penelitian pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.

Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.

Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.

  1. Contoh Kasus

Beberapa contoh yang mungkin bisa menjadi pedoman kita, yaitu:

Y Seseorang yang berencana untuk membeli rumah mewah. Sebelum membeli rumah tersebut, orang itu akan menimbang-nimbang harganya, model rumahnya dan luas atau tidaknya rumah tersebut, setelah itu baru membeli.

Y Mahasiswa yang ingin membeli buku. Sebelum membeli, mahasiswa tersebut akan terlebih dahulu mencari tehu pengarang buku tersebut dan melihat kualitas dari buku itu, baru membelinya.

Y Orang yang akan membeli makanan. Sebelum membeli, akan mencari tempat menjual makanan yang bersih, enak dan mungkin juga melihat dari harganya, baru membeli makanan tersebut.

Sumber referensi:

Y Anonim. Teori Perilaku Konsumen. digilib.petra.ac.id. Diakses 18 Agustus 2008.

Y Hamidah. Perilaku Konsumen Dan Tindakan Pemasaran. library.usu.ac.id. Diakses 18 Agustus 2008.

Y Wijayanti, Ani S. Pentingnya Perilaku Konsumen Dalam Menciptakan Iklan Yang Efektif . puslit.petra.ac.id. Diakses 18 Agustus 2008.

Sabtu, 02 Oktober 2010

tugas psikologi konsumen

Konsep Konsumsi, Konsumen, Konsumtif, dan Konsumerisme
1. Konsumsi
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.
Konsumsi merupakan tindakan pemenuhan kebutuhan atau tindakan menghabiskan dan atau mengurangi nilai guna suatu barang atau jasa. Kegiatan konsumsi merupakan tindakan pemuasan atas berbagai jenis tuntutan kebutuhan manusia.
Menurut Chaney (2003) konsumsi adalah seluruh tipe aktifitas sosial yang orang lakukan sehingga dapat di pakai untuk mencirikan dan mengenal mereka, selain (sebagai tambahan) apa yang mungkin mereka lakukan untuk hidup. Chaney menambahkan, gagasan bahwa konsumsi telah menjadi (atau sedang menjadi) fokus utama kehidupan sosial dan nilai-nilai kultural mendasari gagasan lebih umum dari budaya konsumen.
Menurut Braudrillard (2004), konsumsi adalah sistem yang menjalankan urutan tanda-tanda dan penyatuan kelompok. Jadi konsumsi itu sekaligus sebagai moral (sebuah sistemideologi) dan sistem komunikasi, struktur pertukaran. Dengan konsumsi sebagai moral, maka akan menjadi fungsi sosial yang memiliki organisasi yang terstruktur yang kemudian memaksa mereka mengikuti paksaan sosial yang tak disadari.
Contohnya : Menempati rumah, memakai parfum, menghabiskan makanan.
2. Konsumen
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Perlindungan Konsumen, menjelaskan definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Menurut Philip Kotler, pengertian konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk di konsumsi pribadi.
Menurut Aziz Nasution, konsumen pada umumnya adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu.
Contohnya : Remaja yang membeli pakaian di pusat perbelanjaan.
 Dua hal yang menjadikan seseorang disebut sebagai konsumen :
a. Membeli
Bagi seseorang yang memperoleh barang atau jasa dengan cara membeli, tentu dia terlibat dengan perjanjian dengan pelaku usaha/produsen.
b. Hadiah, Hibah dan Warisan
Seseorang memperoleh barang tetapi tidak terlibat dalam suatu hubungan kontraktual dengan pelaku usaha atau dengan kata lain, seseorang memperoleh barang atau jasa dengan cuma – Cuma.

 Jenis Konsumen
a. Konsumen Antara
Setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa untuk digunakan dengan tujuan komersial atau dengan kata lain, mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk diperdagangkan. Contoh : Distributor, Agen dan Pengecer .
b. Konsumen Akhir
Setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa untuk tujuan memenuhi hidupnya pribadi, keluarga dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

3. Konsumtif
Konsumtivisme merupakan paham untuk hidup secara konsumtif, sehingga orang yang konsumtif dapat dikatakan tidak lagi mempertimbangkan fungsi atau kegunaan ketika membeli barang melainkan mempertimbangkan prestise yang melekat pada barang tersebut. Oleh karena itu, arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang boros, yang mengonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam artian luas konsumtif adalah perilaku berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewah.
Menurut Lubis (dalam Lina & Rasyid, 1997) mendefinisikan perilaku konsumtif sebagai perilaku membeli atau memakai yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional melainkan adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.
Adapun pengertian konsumtif, menurut Yayasan Lembaga Konsumen (YLK), yaitu batasan tentang perilaku konsumtif yaitu sebagai kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas. Definisi konsep perilaku konsumtif sebenarnya amat variatif. Tapi pada intinya perilaku konsumtif adalah membeli atau mengunakan barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan.
Contohnya : remaja yang selalu ingin tampil gaul, membeli segala barang yang di anggapnya sedang up to date. Seperti membeli pakaian yang modis, membeli handphone terbaru.
4. Konsumerisme
Konsumerisme adalah kata yang diadopsi dari bahasa asing yaitu consumerism. Menurut Encyclopedia Britanica, Konsumerisme sebagai gerakan atau kebijaksanaan yang diarahkan untuk menata metode dan standar kerja produsen, penjual dan pengiklan untuk kepentingan pihak pembeli.
Konsumerisme adalah kebijakan dan aktivitas yang dirancang untuk melindungi kepentingan dan hak konsumen ketika mereka terlibat dalam hubungan pertukaran dengan organisasi jenis apa pun.
Konsumerisme baru adalah konsumerisme kontemporer, yang umumnya diduga dimulai dengan pidato presiden Kennedy pada tahun 1962 tentang pernyataan hak-hak konsumen.
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia kontemporer (Peter Salim, 1996), arti konsumerisme (consumerism) adalah cara melindungi publik dengan memberitahukan kepada mereka tentang barang-barang yang berkualitas buruk, tidak aman dipakai dan sebagainya. Selain itu, arti kata ini adalah pemakaian barang dan jasa. Bila kita telesuri makna kata konsumtivisme maupun konsumerisme bukan sesuatu hal yang baru. Sebab pada dasarnya -isme yang satu ini ternyata sudah lama ada dan sejak awal telah mengakar kuat di dalam kemanusiaan kita (our humanity). Hal ini bisa kita lihat dari ekspresinya yang paling primitif hingga yang paling mutakhir di jaman modern ini.
Sumber:

 DAPUS: Engel, F.J, dkk. 1994. Perilaku Konsumen Edisi keenam. Jakarta Barat: Binarupa Aksara

tugas psikologi konsumen

Rabu, 12 Mei 2010

trauma anak palestina

demi kekerasan yang dilakukan rejim Zionis hampir setiap hari di Jalur Ghaza, ternyata mempengaruhi kondisi kejiwaan anak-anak di sana. Banyak orang tua yang mengisahkan perubahan perilaku anak-anak mereka karena terlalu sering mengalami dan menyaksikan pertumpahan darah yang terjadi di depan mata mereka.
Seorang ayah, dengan nada sedih menceritakan bagaimana puteranya yang berusia lima tahun, bernama Bara', mengoleskan cat mobil warna merah ke mainan beruang kecilnya yang diberi nama Memo. Bara kemudian menunjukkan Memo yang sudah berlumuran cat warna merah kepada sang ayah sambil berkata, "Ayah, orang-orang Israel telah membunuh Memo."
Ayah Bara langsung tersentak melihat apa yang dilakukan puteranya."Saya sangat tercengang, bukan karena ia telah membuang-buang cat mobil saya yang sangat susah didapat dalam kondisi Ghaza sedang dalam pengepungan, tapi karena melihat anak saya kehilangan sifat anak-anaknya dalam usia semuda itu, " ujarnya.
"Hati saya hancur melihat putera saya berpikiran seperti itu, " sambungnya.
Lain lagi yang terjadi pada Asil, anak Palestina lainnya yang masih berusia 8 tahun. Suatu hari, Asil tidur dengan memdekap boneka di satu tangannya dan sebuah pulpen bertinta merah di tangan satunya lagi. Beberapa menit kemudian terdengar suara Asil menjerit. Keluarganya kaget dan langsung berlari ke kamar Asil.
"Bonekaku mati. Dia sedang tidur ketika Israel membunuhnya dengan misil, " kata Asil sambil menunjukkan bonekanya yang kini sudah berwarna merah. Asil rupanya menggunakan pulpen bertinta merah itu untuk mencoret-coret bonekanya, seolah-olah sebagai darah.
Melihat semua itu, sang ibu yang sudah kehilangan kata-kata hanya bilang, "Kita harus segera menguburkannya."
"Cuma itu permainan mereka sejak holocaust di Ghaza, " kata ibu Asil sambil menangis, menceritakan tentang pembantaian keji yang baru-baru ini dilakukan Israel ke Jalur Ghaza, yang menyebabkan 129 warga Ghaza, 40 anak-anak termasuk seorang bayi yang baru lahir dan 13 kaum perempuan, gugur.
Sementara itu, tak jauh dari rumah Asil, tinggalah Sufian, bocah Palestina berusia 12 tahun. Beberapa hari belakangan ini, Sufian merengek minta dibelikan sebotol tinta berwarna merah. Ayah Sufian berpikir, tinta itu dibutuhkan untuk keperluan pelajaran menggambar di sekolah puteranya, sehingga sang ayah pun membelikan sebotol tinta berwarna merah.
Begitu mendapatkan botol tinta itu, Sufian mengumpulkan semua mainannya dan mainan saudara-saudaranya yang lain, dan mengecat mainan-mainan itu dengan sebotol tinta merah yang dimintanya. Lalu Sufian berkata pada ayahnya, "Lihatlah, apa yang telah dilakukan Israel pada mainan-mainan kami. Ini adalah holocaust yang dilakukan Israel."
pakar mengatakan, apa yang terjadi pada anak-anak di Ghaza merupakan dampak yang alamiah akibat trauma kehidupan yang mereka alami.
"Kita mendapatkannya dari lingkungan sekitar kita, " kata Fadl Abu-Haien, profesor bidang psikologi di Universitas al-Aqsa di Ghaza. Anak-anak itu, kata Abu Haien, tinggal di Ghaza yang kini sedang dikepung dan di tengah pemandangan pertumpahan darah dan agresi yang tak henti dilakukan Israel.
"Banyak di antara mereka, bahkan menyaksikan orang-orang yang mereka cintai meninggal, " tukas Abu Haien.
Menurut Abu Haien, ia menjumpai lebih dari 150 anak yang secara psikologis mengalami ketakutan, menunjukkan gejala depresi dan selalu gelisah, pasca pembantaian Israel kemarin.
Gejala memprihatinkan ini, sudah diamati oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat yang mengatakan bahwa "anak-anak Palestina menghadapi bahaya berupa kehancuran psikologis yang sulit dipulihkan."
Tahun 2006, studi yang dilakukan Queen Univesrity, Kanada menyebutkan, mayoritas anak-anak di Palestina pernah merasakan kena gas air mata, menyaksikan rumah-rumah mereka dihancurkan dan menjadi saksi hidup pertempuran serta ledakan-ledakan bom. Hasil studi itu menyimpulkan, kekerasan yang sudah terpola sedemikian rupa, membuat anak-anak Palestina takut untuk hidup.
"Ada lubang hitam yang tumbuh di dalam pikiran dan jiwa mereka, " tambah Profesor Abu Haien.

anak trauma akibat kekerasan seksual...

Aditya, seorang pemuda belasa tahun yang ketahuan mengoleksi film porno di kamarnya, hamper seluruhnya berisi adegan seksual antara pria dengan pria. Dari psikolog, diperoleh jawaban sewaktu Aditya masih SD, ia mengalami perbuatan tak senonoh dari satpam penjaga rumah. Adit tak berani melapor karena ia diancam .
Ibu Dira (5 th) menemukan celana dalam putrinya ‘kotor;. Dai ruang dokter, Dira menangis tak mau diperiksa. Akhirnya dokter berhasil menemukan penyebab sakitnya Dira: infeksi akibat hubungan seksual. Rupanya Dira dipaksa melakuakn hubungan seksual dengan tukang kebun di rumahnya, saat orang tuanya pergi.

pernikakahan di bawah umur...

Di Semarang, pernikahan antara seorang syekh dengan seorang gadis di bawah umur kemungkinan besar dibatalkan. Agustus silam Pujiono Cahyo Widiyanto, usahawan kaya serta kiai berusia 43 tahun, menikahi Lutfiana Ulfa, 12 tahun, gadis dari keluarga miskin. Kasus ini menimbulkan banyak kehebohan dan memicu serangkaian protes, antara lain dari Komnas Perlindungan Anak. Ketuanya, Seto Mulyadi, Selasa kemarin menemui Syekh Puji. Berikut penjelasannya mengenai hasil pertemuan itu.
Seto Mulyadi [SM]: Beliau sangat menghargai kedatangan kami dari Komnas Perlindungan Anak dan kemudian juga meminta maaf atas semua pernyataan-pernyataannya dan atas desakan atau permintaan dari Komnas Perlindungan Anak untuk membatalkan pernikahan tersebut, akhirnya Syekh Puji menyatakan setuju mau menerima, dan akan segera mengembalikan gadis berusia di bawah 12 tahun tadi kepada orang tuanya dengan disaksikan oleh Komnas Perlindungan Anak.
Radio Nederland Wereldomroep [RNW]: Berdasarkan apa keputusannya itu?
SM: Keputusan itu didasarkan penjelasan-penjelasan dari kami bahwa walaupun mungkin menurut Syariat Islam itu benar, tetapi menurut hukum positif di Indonesia hal itu tidak bisa dibenarkan. Karena bertentangan dengan undang-undang perkawinan dan juga undang-undang perlindungan anak serta KUHP, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pasal 288 ayat 1.
RNW: Apakah kasus semacam ini sering terjadi di Indonesia?
Menjadi pelajaran berhargaSM: Ya, nampaknya banyak terjadi di desa-desa baik itu di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur dan memang hal ini karena kadang-kadang kurangnya sosialisasi. Jadi ini mungkin dengan sadarnya Syekh Puji mengenai kekeliruannya bisa menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat luas untuk tidak mentoleransi adanya pernikahan pada anak-anak di bawah umur.
RNW: Tapi kan sebenarnya sudah ada ya, undang-undang yang melarang pernikahan di bawah usia 16 tahun. Mengapa perkawinan di bawah umur masih tetap terjadi?
SM: Ya, justru tadi karena kurang tersosialisasikannya undang-undang tersebut. Beberapa pihak melihat Syariat Islam itu dimungkinkan pernikahan yang dilakukan oleh seorang perempuan asal sudah akil balik dan sudah menstruasi.
RNW: Soal undang-undang perkawinan ya, menurut Anda undang-undang ini cukup melindungi hak gadis di bawah umur, hak anak?
SM: Seharusnya dengan adanya undang-undang ini melindungi hak gadis di bawah umur. Mungkin juga masih ada ditambahi lagi dengan adanya undang-undang perlindungan anak, khususnya pasal yang berkaitan dengan tentu melakukan hubungan badan antara pria dan wanita pada anak-anak yaitu pada pasal 81, 82 dan juga pasal 88.
RNW: Ya, tapi ini kan sebenarnya masalah tradisional ya. Lalu bagaimana cara menghadapi aturan-aturan tradisional yang justru seringkali melanggar hak anak?Menyadari kekeliruanSM: Itu tadi sosialisasi yang harus lebih gencar lagi dilakukan dengan adanya seruan untuk menciptakan A World Fit for Children, dunia ramah anak, maka kita juga lihat adanya upaya-upaya pemerintah untuk menggalakkan moto kota yang ramah anak, desa yang ramah anak sehingga hak-hak anak betul-betul dapat dijunjung tinggi dan anak-anak dapat dilindungi dari berbagai tindak kekerasan maupun penyalahgunaan.
RNW: Lalu bagaimana Anda menanggapi keputusan si Syekh itu untuk membatalkan pernikahan?
SM: Ya, saya memberikan apresiasi yang cukup tinggi karena Syekh itu akhirnya menyadari kekeliruannya. Artinya berani untuk bertanggungjawab dan kemudian sesuai dengan hukum positif di Indonesia bahwa itu dilarang, maka berani untuk membatalkan pernikahan tersebut, dan kemudian akan menyerahkan kembali atau mengembalikan kepada kedua orang tuanya.
RNW: Tapi sebenarnya saya juga dengar bahwa orang tuanya sebenarnya juga sudah merestui pernikahan ini ya pak?
SM: Itu tadi karena kurangnya dipahami di desa-desa mengenai adanya undang-undang yang melarang anak di bawah umur untuk dinikahkan. Jadi bisa saja merestui karena tidak tahu. Jadi kami sebetulnya juga akan segera menemui kedua orang tuanya untuk menjelaskan ini semua supaya berkenan untuk menerima kembali putrinya.

balita pecandu rokok 2...

SUKABUMI (Pos Kota) – Bocah berusia 4,5 tahun, Galih Ramadhan yang kecanduan rokok diperiksa tim medis dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cikole di rumahnya di Kampung Subang Kidul RT 03 RW 13 Kelurahan Subang Jaya Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, Jawa Barat Selasa (6/4) siang.
Saat kedatangan tim medis, Galih Ramadhan tengah asik memegang sebatang rokok yang baru saja diisapnya. Saat itu Galih sedang bersama anak-anak seusianya dan salah seorang kakaknya berada di pematang sawah sambil memancing ikan di selokan yang mengalir dekat rumahnya.
Lurah Subang Jaya, Asep Koswara mengharapkan tiada lag seorang anak balita yang menghisap rokok di Kota Sukabumi. Maka itu, pihaknya akan memberikan perhatian khusus terhadap anak balita yang menghisap rokok tersebut.
Diantaranya memasukan ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada pagi harinya dan sekolah agama pada siang harinya.
”Untuk memberhentikan secara langsung tentunya tidak akan bisa harus secara bertahap. Nah dengan masuk PAUD dan sekolah agama mudah-mudahan akan memberikan kesibukan hingga diharapkan akan lupa dengan rokok,” harap Asep.
Kepala Puskesmas Cikole, Drg. Suhendro Rusli Suhendro Rusli menjelaskan hasil pemeriksaan medis terhadap Galih secara umum kondisi kesehatannya baik. Hanya saja pada bagian giginya terdapat bekas nikotin yang sudah terlihat tebal, baik dalam maupun luarnya.
”Pengaruh dari menghisap rokok ini tidak langsung akan dirasakan, karena membutuhkan waktu lama hingga bertahun-tahun. Saat ini daya tahan tubuh masih baik, juga pengakuan orangtua Galih tidak mengeluhkan apa-apa,” pungkasnya.

balita pecandu rokok...

MALANG- Potret kisah Sandi (4), balita asal Kota Malang, Jawa Timur, yang sudah kecanduan rokok sejak usia 1,5 tahun mengundang perhatian banyak pihak yang peduli terhadap kesehatan dan perkembangan anak. Psikolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Yudi Hartono, M.Psi menyatakan, Sandi perlu pendampingan secara intensif dari orang-orang terdekatnya."Kondisi seperti itu kalau dibiarkan dan terus berlanjut, secara psikologis akan membahayakan dirinya sehingga perlu pendampingan untuk menuntun dia agar secara perlahan bisa meninggalkan kebiasaan bahkan kecanduan merokoknya," katanya di Malang, Minggu (4/4/2010).Selain pendampingan secara intensif dari orang-orang terdekatnya, kata Yudi, lingkungan sekitarnya juga harus memberikan dukungan penuh untuk tidak mengajari atau memberikan contoh merokok. Apalagi, lanjutnya, balita tersebut juga sudah fasih mengeluarkan kalimat-kalimat yang tidak seharusnya (kata-kata kotor), sehingga harus benar-benar dijaga dan diberi pengertian bahwa kata-kata seperti itu tidak sopan.Menurut dia, Sandi sejak kecil sudah mendapatkan modelling dari lingkungan sekitarnya yang rata-rata perokok berat dan merokok dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan. Kondisi ini harus segera dihentikan. Ia mengakui, untuk memberikan pemahaman dan pengertian bagi Sandi memang cukup sulit, meskipun sesungguhnya dia sendiri tidak tahu apa yang dilakukannya dan tidak paham terhadap apa yang diucapkannya.Sebenarnya, kata Yudi, Sandi sendiri secara psikologis juga ingin mengungkapkan dan mengekspresikan apa yang ada dalam benaknya, karena bahasa yang dipelajarinya terbatas dan perilaku yang menjadi panutan dari lingkungannya juga seperti itu, maka Sandi pun hanya paham dengan apa yang dilihat dan didengar setiap hari."Yang pasti Sandi ini perlu pengawasan ketat, penjagaan ekstra dan membatasi pergaulannya dengan orang-orang dewasa yang selama ini menjadi 'temannya' serta pengertian dan pemahaman yang benar agar dia bisa sembuh. Kasihan kalau terus seperti itu," tegasnya.Sementara ibu Sandi, Mujiati mengatakan, keseharian Sandi ketika berada di rumah dan menjelang tidur juga tidak ubahnya seperti balita lainnya, membutuhkan dot susu dan bermanja pada ibunya. Setiap pagi setelah bangun tidur dan cuci muka, kata Mujiati, Sandi langsung minta rokok. Setelah merokok Sandi langsung diambil oleh 'teman-temannya' yang bekerja sebagai tukang parkir atau tambal ban dan baru sore hari Sandi 'dikembalikan' ke rumah."Mau bagaimana lagi saya bekerja, bapaknya jauh. Siapa yang akan mengasuh, jadi ya banyak yang mengasuh dia. Tapi bagaimanapun juga saya akan berupaya mendampingi dia dan meluruskan kelakuannya yang tidak semestinya sebagai balita," katanya.Sandi sering diajak mangkal sebagai tukang parkir di kawasan Jalan Nusakambangan (depan gedung Kesenian Gajayana) Kota Malang dan sering membeli rokok sendiri ke kios yang dekat dengan kawasan itu.

gangguan skizofernia 3

Edward menghabiskan waktunya sendirian di tempat tidur, jika ia bisa. Sebelum ia sakit, ia menikmati waktunya bersama keluarganya atau bekerja. Kadangkala ia berpikir masalah pekerjaan, dan kadang-kadang ia membuat rencana, namun ia nampaknya tak pernah mencapai tahap wawancara atau kontrak kerja. Saat ia mengunjungi orang tuanya mereka mencoba membujuknya untuk berbicara tentang masalah keluarga atau politik. Edward tak banyak berkata-kata. Walaupun ia menolak dikatakan depresi, dan ia mengungkapkan harapannya akan masa depan, ia hampir-hampir tak pernah tersenyum dan benci untuk membereskan piring sisa makan atau membereskan tempat tidurnya. Psikiater telah menanyainya tentang suara-suara, akan tetapi Edward bersikukuh bahwa ia tak pernah mendengarnya. Saat ia dirawat di rumah sakit untuk pertama kalinya, ia ingat, ia kesulitan untuk mempertahankan jalan pikirannya, dan ia tahu ia bertingkah aneh karena polisi menangkapnya saat ia keluyuran di jalanan ketika mengenakan pakaian menyelam. Tapi Edward tak dapat mengingat kenapa dan nampaknya hal itu bukan lagi merupakan masalah baginya.

gangguan skizofrenia 2

Roger adalah pria berusia 36 tahun yang memiliki riwayat panjang mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk melukai diri sendiri dan orang lain. Ia telah menuruti suara-suara itu di masa yang lalu dan akibatnya ia harus menjalani pemenjaraan karena telah mengancam seseorang dengan sebilah pisau. Ia juga takut dilukai oleh musuh-musuhnya dan hal itu mengakibatkannya tidak tidur dengan tujuan untuk melindungi dirinya sendiri. Roger secara aktif menggunakan alkohol, ganja dan kokain untuk mengatasi gejala-gejalanya. Roger telah lama berhenti minum obat dari dokternya karena pengalamannya akan ketidaknyamanan efek sampingnya. Ia melaporkan bahwa ia merasa letih dan tidak dapat berhenti melangkah. Ia pada mulanya mengalami pemulihan saat pertama kali menggunakan narkoba dan alkohol. Tapi segera setelah itu ia menemukan bahwa semakin banyak ia menggunakan narkoba dan alkohol semakin paranoid dan menjadi semakin waspada ia jadinya dan gejala-gejalanya kembali menjadi parah. Kekhawatiran Roger akan melukai orang lain dan ketakutan akan dilukai telah mengakibatkan dirinya memiliki rencana untuk bunuh diri. Ia tak mampu untuk mengetahui kaitan antara obat dari dokternya dan narkoba dengan pengendalian gejala dan pemburukan penyakitnya. Roger juga harus berjuang melawan diabetes dan ketidakmapanan gula darah karena kurang gizi dan penggunaan alkohol.

gangguan skizofrenia

Joe adalah siswa yang baik di sepanjang masa SMA-nya. Ia anggota tim futbol, mempertahankan ranking yang bagus dan mendapatkan pujian pada tiap semesternya. Ia ramah dan populer. Menjelang akhir semester pertama di maktab (college)-nya, semuanya mulai berubah. Joe tak lagi makan bersama dengan kawan-kawannya, pada kenyataannya ia mulai berkurung diri di dalam kamarnya. Ia mulai mengabaikan kesehatan pribadinya dan berhenti menghadiri kuliah. Joe mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan harus membaca kalimat yang sama secara berulang-ulang. Ia mulai percaya bahwa kata-kata dalam naskah bukunya memiliki makna yang khusus baginya dan dengan sesuatu cara memberitahukannya sebuah pesan untuk menjalankan sebuah misi rahasia. Joe mulai menyangka bahwa kawan sekamarnya bersekongkol dengan telepon dan komputernya untuk mengawasi kegiatannya. Joe menjadi takut jika kawan sekamarnya tahu akan pesan dalam naskah bukunya dan kini mencoba untuk menipunya. Joe mulai percaya teman sekamarnya dapat membaca pikirannya, pada kenyataannya siapapun yang ia lewati di aula atau di jalanan dapat mengatakan apapun yang ia pikirkan. Saat Joe sedang sendirian di kamarnya, ia dapat mendengar bisikan mereka yang ia percayai sedang mengawasinya. Ia tak dapat memastikan apa yang mereka katakan tapi ia yakin bahwa mereka membicarakannya.

gangguan depresi...

Tuan A adalah seorang bapak berusia pertengahan 30-an. Ia datang berkonsultasi ke psikiater atas anjuran dari salah seorang rekannya. Saat datang untuk pertama kalinya, terlihat bahwa mimik wajahnya murung dan nampak tidak bersemangat.
Ketika dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatrik, suaranya pelan, gerak-geriknya minimal, dan ia sering menanyakan ulang pertanyaan yang ditanyakan oleh psikiater pemeriksa.
Tuan A menceritakan bahwa ia sudah merasa sedih berkepanjangan di mana hampir tak ada satu haripun ia merasa bahagia selama 1 bulan terakhir dan aktivitasnya terbatas di dalam rumah saja. Satu bulan lalu ternyata ia baru saja di PHK dari pekerjaannya.
Rasa sedihnya disertai dengan penurunan berat badan yang nyata sekitar 3-4 kg karena hilangnya nafsu makan, kehilangan semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sulit untuk jatuh tidur atau kalau pun bisa ia mudah sekali terbangun dari tidurnya.
Setelah beberapa saat kemudian, Tuan A bercerita bahwa perasaan sedihnya bertambah parah semenjak dua minggu terakhir, ia menjadi mudah menangis tanpa sebab-sebab yang jelas dan ia merasa pesimis dengan masa depannya serta keluarganya. Akhir-akhir ini, ia berpikir bahwa hidupnya tidak berharga dan lebih baik ia mati saja.
Semenjak di PHK Tuan A juga tidak pernah lagi mencoba mencari pekerjaan baru karena merasa putus asa dengan hidupnya selain itu saat ini dia menjadi menarik diri dari pergaulan padahal dahulu ia dikenal sebagai orang yang aktif dalam kegiatan RT di lingkungannya. Rasa sedihnya menjadi bertambah parah karena Tuan A mulai kebingungan akan pembiayaan hidupnya sehari-hari beserta keluarganya.
Gejala-gejala yang dialami oleh Tuan A di atas merupakan bagian dari gangguan depresi mayor dan contoh kasus di atas merupakan salah satu contoh kasus yang ekstrim. Gangguan ini termasuk dalam kelompok gangguan jiwa dan merupakan salah satu jenis gangguan afektif (gangguan terkait suasana perasaan).
Di Amerika Serikat, depresi saat ini merupakan penyebab disabilitas terbesar. Sedangkan menurut WHO, di seluruh dunia pada tahun 2020, diperkirakan bahwa depresi akan menjadi penyebab disabilitas terbesar nomor dua. Gangguan ini sering kali tidak terdeteksi dengan benar dan akibatnya tidak mendapat tatalaksana yang benar pula.
Depresi yang tidak diterapi dengan benar akan menyebabkan penderitaan serta disabilitas terutama dalam bidang sosial dan pekerjaan. Oleh sebab itu dapat dibayangkan tingkat keparahan dampaknya bagi suatu negara baik secara ekonomis dan non-ekonomis baik pada masa kini maupun pada masa depan.
Hal yang harus diperhatikan pada gangguan depresi mayor adalah seringnya kondisi ini disertai dengan ide-ide ataupun percobaan bunuh diri. Rata-rata angka kematian akibat bunuh diri pada pasien dengan gangguan depresi mayor adalah sekitar 15 persen. Gangguan depresi mayor merupakan faktor penyebab pada setidaknya setengah kasus percobaan bunuh diri di Amerika Serikat dan bahkan di dunia. Terdapat fakta-fakta yang menyebutkan peningkatan angka bunuh diri terutama pada golongan manula.
Penyebab dan Faktor Resiko
Sampai saat ini mekanisme munculnya depresi sebetulnya belum diketahui secara cukup jelas. Namun dari penelitian lanjutan diketahui bahwa gangguan ini terkait dengan interaksi multifaktor hingga bisa bermanifestasi secara klinis.
Pada seorang penderita depresi, umumnya ditemui gangguan pengaturan sistem hormonal di otak yang dikenal sebagai neurotransmitter. Neurotransmitter yang bermasalah berasal dari kelompok neurotransmitter mono amin yaitu serotonin, dopamin, dan nor epinefrin. Beberapa penyakit klinis juga diketahui dapat memicu munculnya depresi.
Selain itu, umumnya didapatkan adanya riwayat gangguan yang sama dalam keluarga pada pasien penderita depresi. Depresi dapat muncul dengan stresor yang jelas ataupun tidak. Stresor adalah faktor pemicu munculnya gangguan jiwa, umumnya berupa suatu peristiwa yang membekas secara psikologis pada penderita.
Terdapat beberapa faktor yang memperbesar risiko munculnya gangguan depresi mayor pada seseorang, di antaranya berjenis kelamin wanita, kulit putih dan berwarna (orang kulit hitam lebih jarang terkena), wanita yang single atau bercerai.
Usia rata-rata penderita depresi mayor umumnya berkisar antara 20 hingga 50 tahun namun tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak, remaja, dan manula untuk dapat menderita gangguan ini. Pada anak-anak tidak didapati perbedaan yang mencolok antara anak laki-laki dan perempuan yang menderita depresi. Pada manula, keluhan fisik dan gangguan fungsi kognitif lebih menonjol dibandingkan suasana perasaan yang depresif sehingga perlu untuk lebih diwaspadai.
Gambaran Klinis
Kriteria diagnostik klinis gangguan depresi mayor menurut DSM IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition, text revision) adalah adanya suatu keadaan mood yang terdepresi baik yang dirasakan sendiri atau yang diamati oleh orang lain dan menghilangnya atau berkurangnya minat dan kesenangan pada hampir semua aktivitas yang dikerjakan.
Kedua kondisi tersebut berlangsung hampir setiap hari selama sekurangnya dua minggu berturut-turut. Kedua kondisi tersebut diikuti dengan sekurangnya 3 dari kondisi berikut yang juga berlangsung selama sekurangnya dua minggu berturut-turut dan nyaris berlangsung tiap hari:
1. Berkurangnya berat badan secara dratis walaupun tidak sedang diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (kenaikan berat badan lebih dari 50% dalam satu bulan) akibat penurunan atau peningkatan nafsu makan.2. Insomnia atau hipersomnia.3. Agitasi atau retardasi psikomotor.4. Merasa lesu atau hilang tenaga.5. Merasa tidak berharga atau adanya rasa bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai dengan kondisinya.6. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi dan ketidakmampuan untuk memutuskan sesuatu.7. Adanya pikiran berulang mengenai kematian, atau pikiran berulang mengenai ide-ide bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau percobaaan bunuh diri, atau rencana bunuh diri yang spesifik.
Gejala-gejala tersebut harus menyebabkan suatu penderitaan atau gangguan fungsi yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau bidang lain yang penting dalam fungsi hidup sehari-hari. Gejala yang muncul juga bukan akibat langsung dari penggunaaan zat (contoh: penggunaan obat dalam jangka waktu lama) atau kondisi medis tertentu (contoh:hipotiroid). Gejala yang muncul juga bukan reaksi yang muncul akibat suatu reaksi berduka akibat kehilangan orang yang dicintai.
Anjuran Penanganan
Saat ini penatalaksanaan yang dilakukan untuk gangguan depresi mayor meliputi penanganan dengan farmakologi (obat-obatan) dan non farmakologi. Penanganan secara farmakologi dilakukan dengan pemberian obat-obat anti depresan sedangkan penanganan secara non farmokologis meliputi pemberian psikoterapi dan ECT. Hasil terbaik umumnya diperoleh dengan terapi kombinasi antara pemberian obat-obatan dengan psikoterapi.
Penanganan terhadap gangguan depresi mayor yang sukses dapat dicapai dengan follow-up yang baik paska meredanya episode akut dari gangguan ini. Gangguan depresi mayor yang tidak diterapi dengan benar memiliki tingkat kemungkinan kekambuhan yang tinggi, sekitar 50-60% kasus dari episode tunggal bisa mengalami pengulangan di masa depan, sekitar 70% yang sudah mengalami kekambuhan ke-2 kali dapat mengalami kekambuhan lagi bila tidak diterapi, dan sekitar 90% yang sudah mengalami kekambuhan ke-3 kalinya dapat mengalami kekambuhan berikutnya. Dapat kita lihat bahwa kemungkinan kekambuhan semakin meningkat seiring dengan semakin seringnya seseorang mengalami gangguan ini.
Seringkali walaupun gejala-gejala sudah mereda, terapi tetap akan dipertahankan selama sekitar 6 bulan sampai dengan 1 tahun untuk mencegah terjadinya kekambuhan gejala. Kekambuhan gejala dapat dicegah hingga 70-80% dengan terapi yang benar. Oleh sebab itu jika Anda atau keluarga Anda mengalami gejala-gejala gangguan depresi mayor, segeralah berkonsultasi dengan psikiater terdekat untuk mendapatkan penanganan yang tepat secepatnya.

gangguan kecemasan 2

Ada seorang karyawan yang kurang semangat untuk pergi ke kantor, karena dia tahu kalau besoknya akan diadakan rapat. Dia tahu kalau di rapat ini dia diharuskan untuk berbicara panjang kali lebar dengan orang lain. Hanya dengan memikirkan “dia akan berbicara di depan banyak orang” sangatlah menyiksa batinnya. Dan kadang pada malam hari sebelum rapat, dia benar-benar tidak bisa tidur. Dan akhirnya setelah rapat usai, barulah dia merasa lega. Namun ingatan tentang rapat tadi masih menggelayuti pikirannya. Lalu ada kabar kalau rapat minggu depan, bos besar akan ikut serta. Mendengar ini, kembali “perasaan aneh” tadi datang dan akan terus menetap walaupun hari H masih seminggu lagi. Dia yakin betul kalau dia akan berdiri terpaku di depan bosnya dengan wajah memerah dan lidah yang kelu, dia akan lupa apa yang akan dikatakan, dan dia tahu kalau semua orang akan menyaksikan tingkah bodohnya ini. Selama tujuh hari kedepan, hal-hal seperti ini menggelayuti pikirannya, terus.. dan terus ... sperti itu.

gangguan anak kecemasan

Beberapa bulan lalu telah terjadi bencana alam yaitu gempa bumi di Padang dengan kekuatan 7,3 SR. Bukan hanya di Padang saja tapi di Sukabumi dan juga Maluku telah mengalami gempa. Setiap individu yang berada di dalam gedung menyelamatkan diri masing-masing dengan melewati tangga dan mereka dorong-dorongan sampai diantara mereka ada yang terjatuh. Mereka semua hanya mencemaskan diri mereka saja agar dapat selamat dari gempa ini dan tidak terkena reruntuhan.
Gempa di Padang ini, telah memakan banyak korban dan juga rata-rata rumah disana hancur. Banyak sekali masyarakat di Padang terluka parah dan hampir semuanya tidak ingin dirawat di rumah sakit tapi ditenda, karena mereka mencemaskan diri mereka sendiri apabila terjadi gempa susulan sehingga mereka juga harus waspada. Dan diantara mereka sampai depresi karena kehilangan keluarganya yang belum ditemukan dan ada juga sampai mencari direruntuhan bangunan untuk mencari keluarganya yang mungkin berada di dalam reruntuhan. Dan sampai saat ini masyarakat Padang masih belum bisa melupakan peristiwa yang terjadi itu yang telah merenggut nyawa keluarga mereka. Anak-anak saja sekarang sudah mulai beraktivitas lagi dalam belajar walaupun dilakukannya di tenda tapi mereka masih bersemangat dalam belajar. Menurut guru-guru, mereka masih merasa cemas dan takut, apabila ada mobil atau truk lewat saja mereka langsung keluar dari tenda. Karena saat mobil atau truk jalan, jalanannya menjadi bergetar sehingga anak-anak mengira itu gempa lagi.

gangguan anak pedofilia (di bali)

Untuk kesekian kalinya, tepatnya pada 6 Januari 2004, masyarakat Pulau Dewata (Bali) kembali dikejutkan dengan berita tertangkapnya seorang warga asing yang melakukan perbuatan pelecehan seksual terhadap dua orang bocah.
Bagaimana tidak, karena tujuh tahun lalu kasus yang sama juga pernah terjadi di Bali yang juga melibatkan seorang warga negara asing bernama James asal Amerika Serikat. Si "bule" asal Negeri Paman Sam tersebut saat itu diduga telah "menggarap" puluhan bocah di Pulau Dewata.
Kini kasus pedofilia (pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur sesama jenis -- umumnya laki-laki) terulang kembali. Pelakunya adalah pria "bule" bernama Brown William Stuart alias Tony (52), seorang warga asing berkebangsaan Australia.
Tony yang mantan Diplomat Negeri Kangguru itu, dilaporkan telah melakukan sodomi terhadap IB (14) dan IM (16), dua bocah yang masih duduk di bangku SMP Kota Amlapura, Kabupaten Karangasem, sekitar 78 km arah Timur Denpasar.
Saat mandi bersama di Pantai Jasi, Kelurahan Subagan, Tony diduga menyodomi IB dan IM, setelah sebelumnya memaksa kedua bocah tersebut melakukan onani
Akibat perbuatannya itu, Tony kini harus mempertanggungjawabkannya di meja hijau Pengadilan Negeri Amlapura, Karangasem.
Kasus yang cukup menghebohkan itu, tidak saja menjadi sorotan media lokal maupun nasional, tetapi juga diekpos secara besar-besaran oleh media massa Australia.
Bahkan terkait kasus ini, pihak Pemerintah Australia telah menempatkan seorang perwira polisi di Bali untuk membantu menindak tegas peningkatan jumlah wisatawan yang datang untuk memperoleh seks dengan anak-anak di bawah umur.
Menanggapi kasus pedofilia yang melibatkan warga asing di Bali, psikiater Prof. Dr. dr. Luh Ketut Suryani mengatakan, fedofilia sudah lama dikenal masyarakat di luar negeri. Namun, beberapa tahun belakangan kasus serupa juga dikenal di Indonesia, menyusul terjadinya kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak kecil sesama jenis.
Di Bali khususnya, tidak kurang dari 200 anak usia antara lima sampai 13 tahun, telah menjadi korban nafsu seksual para pedofil yang umumnya berkedok pelancong dari sejumlah negara.
Anak-anak 'ingusan', terjebak dalam keganasan si 'bule' yang memiliki kelaian seksual tersebut, setelah terlebih dahulu mereka dibujuk rayu bahkan diiming-imingi uang dan hadiah lainnya.
Dalam satu kesempatan diskusi tentang pedofilia yang dihadiri sekitar 30 LSM dan perwakilan dari sejumlah kantor konsulat asing yang ada di Bali, terungkap bahwa lokasi para korban pedofilia, antara lain di kawasan Pantai Lovina Buleleng, Karangasem, Ubud, dan Bangli.
Dalam diskusi tersebut para peserta yang hadir sepakat mendeklarasikan 'perang' terhadap pelaku pedofilia. Bahkan, Suryani yang pentolan "Committee Against Sexual Abuse/CASA", menyatakan, semua pihak harus 'perang' terhadap pelaku seksual yang dapat menghancurkan masa depan anak-anak itu.
Betapa tidak hancur, ujar guru besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) itu, mengingat tidak sedikit korban yang mengalami aksi pedofilia kemudian mengalami depresi berat.
Sebagai contoh, lanjut Suryani, delapan anak korban aksi pedofil asal Italia, yang pernah dia rehabilitasi, rata-rata mengalami gangguan jiwa cukup berat.
"Mereka sering berteriak-teriak ketakutan tanpa sebab-sebab yang jelas. Ini akibat 'racun' pedofilia yang telah merasuk pada jiwa mereka," ucapnya,
Hukuman ringan
Lebih jauh dijelaskan, pedofelia awalnya dikenal setelah terjadi beberapakali kasus pelecehan seksual yang dilakukan seorang warga negara asing terhadap seorang bocah di Kuta, menyusul kasus yang sama yang dilakukan turis asal Italia terhadap seorang anak di bawah umur di Lovina, Kabupaten Buleleng.
Menurut Suryani, para korban keganasan pedofilia umumnya akan terserang gangguan secara kejiwaan dalam waktu yang cukup lama.
Sehubungan dengan itu, seluruh komponen masyarakat, terutama aparat penegak hukum, supaya menyikapi persoalan ini secara sungguh-sungguh. Artinya, ada upaya untuk memberantas para pelaku aksi kejahatan seksual tersebut sampai ke akar-akarnya.
"Kenapa masih ada pedofil yang berkeliaran bebas dan siap mencari sasaran ke tempat lain (tidak jera)? Karena, sanksi hukum terhadap pedofil di negara ini relatif ringan. Berbeda dengan di luar negeri, seperti Australia hukuman terhadap pedofile sangat berat -- hukuman kurungan badan bisa mencapai 15-20 tahun," katanya.
Pada bagian lain, Suryani menyarankan agar Pemerintah Indonesia melalui konsul-konsulnya yang ada di luar negeri menggalang satu kerjasama tukar-menukar informasi dengan negara lain, terkait penanggulangan pedofilia. Dan terhadap warga asing yang melakukan pedofilia agar dideportasikan setelah sebelumnya diproses secara hukum.
Direktur Reserse Kriminal Polda Bali, Kombes Boy Salamuddin dalam sebuah lokakarya mengenai "Fenomena Paedofile dan Upaya Penanggulangannya" di Denpasar belum lama ini, mengakui ada tujuh daerah yang telah menjadi pergerakan paedofil, yaitu Gerokgak, Lovina, Air Sanih, Sasri, Kuwum (Kabupaten Buleleng), Kubu dan Candi Dasa (Kabupaten Karangasem).
Sementara itu, hasil penelitian yang pernah dilakukan pihak Yayasan Anak Indonesia (YAI) mengungkapkan bahwa aksi kejahatan pedofilia sebetulnya telah berlangsung selama dua generasi di Bali. Sedang para pelaku dari aksi itu, diperkirakan telah mencapai ratusan, namun belakangan yang masih berkeliaran di Bali sebanyak 13 orang.
Pihak YAI sudah menyerahkan data tentang pelaku sebanyak itu kepada polisi, namun hingga kini pelakunya belum semuanya berhasil ditangkap atau diambil tindakan.
Salah satu pedofil yang berhasil diringkus petugas, adalah Mario Mannara (57), turis asal Roma, Italia. Namun disayangkan, Mario hanya dijatuhi hukuman empat bulan penjara, dan kini telah kembali berkeliaran sekaligus tidak diketahui rimbanya.
Dengan demikian, jadilah "Hantu" pedofilia kini terus bergentayangan mencari mangsa dan sekaligus mengusik ketenangan bocah-bocah di Pulau Dewata.

gangguan anak antisosial

Jakarta, Autisme seakan-akan jadi momok menakutkan bagi banyak orang tua. Tidak heran, karena jumlah angka penderitanya di seluruh dunia terus meningkat, termasuk di Indonesia. Meskipun belum ada angka pasti yang menyebutkan penderita autis di Indonesia.
Nyatanya tidak hanya penderitanya saja yang bertambah, kini varian autisme juga semakin banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu varian autisme yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik.
Gangguan Asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter spesialis anak asal kota Wina, Austria. Pada tahun 1940, Asperger ialah orang pertama yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama pasien laki-laki.
Asperger memperhatikan, meskipun anak laki-laki tersebut memiliki tingkat intelegensia yang normal serta kemampuan bahasa yang baik, namun mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.
Sindrom asperger banyak disebut sebagai varian dari autisme yang lebih ringan. Para ahli mengatakan, pada penderita sindrom asperger memiliki kondisi struktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pada penderita autisme.
Menurut Clinical Assistant Professor of Pediatrics Jefferson Medical College Philadelphia, Susan B. Stine, MD karakter dari anak-anak yang mengalami sindrom asperger ialah kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara yang tidak biasa dan tingkah laku khusus lainnya.
Kemudian, anak-anak dengan sindrom asperger biasanya sangat sulit untuk menampilkan ekspresi di wajahnya serta sulit untuk membaca bahasa tubuh pada orang lain.
“Mereka kemungkinan juga merasa nyaman dengan rutinitas tertentu yang harus dilakukan setiap hari serta sensitif terhadap stimulasi sensori tertentu, misalnya mereka akan tertanggu oleh nyala lampu redup yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain. Bisa saja mereka menutup kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di sekitarnya atau mereka mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan tertentu saja,” jelas Stine.
Selain itu, tambah Stine, ciri dari anak yang mengalami sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap kegiatan tertentu.
Hal senada diungkapkan oleh dokter spesialis anak konsultan Neurologi, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp.A(K). Dia memaparkan, sindroma asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas yang menarik perhatian.
“Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara,” kata Hardiono.
Jika dilihat secara sekilas, lanjutnya, anak tersebut tidak berbeda dengan anak yang pintar dan kreatif. Hanya saja, anak tersebut biasanya memiliki satu minat tertentu saja untuk dikerjakannya.
Memang secara keseluruhan anak-anak yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan kegiatan sehari-hari, namun terlihat sebagai pribadi yang kurang bersosialisasi sehingga sering dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh orang lain.
Menurut Stine, jika penderita sindrom asperger beranjak dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk mengungkapkan empati kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.
“Pada ahli mengatakan bahwa penderita sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu terutama deteksi dini sindrom asperger akan sangat membantu,” pungkasnya.
Gangguan sindrom asperger pada umumnya akan terus mengikuti perkembangan usia seseorang. Meski tidak membahayakan jiwa, namun gangguan itu bisa membuat anak takut berada di keramaian dan membuat anak depresi.
Ciri yang menonjol pada anak asperger adalah mereka tidak bisa membaca kode-kode atau ekspresi wajah seseorang. Karena ketidakmampuannya itu, anak asperger dijauhi teman-temannya.
“Biasanya mereka jadi anak yang antisosial, sulit berinteraksi dengan orang lain,” kata Hardiono.
Ketika anak asperger tidak mempunyai teman, lalu tidak tahu harus bersikap bagaimana untuk menghadapi sebuah situasi, dia akan merasa putus asa dan akhirnya depresi.
Sesuai dengan perkembangan otak, kalau kelainan itu diketahui lebih dini, maka bisa distimulasi atau diberi obat agar berkembang ke arah yang baik.
Namun, kalau sudah terlambat deteksinya, yaitu sudah berusia lima atau enam tahun, maka sulit penanganannya karena perkembangan otak sudah berhenti. Pada umur lima tahun, bagian otak yang disebut sinaps-sambungan antar saraf di mana bahan kimia serotonin bekerja-akan berhenti.
Kini teknik-teknik terapi sudah jauh lebih maju dan fasilitas sudah banyak. Hardiono menuturkan, salah satu terapi yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak si anak bermain. Stimulasi ini diketahui memperbaiki sinaps dan meningkatkan kadar serotonin.
Menurut Hardiono, anak asperger masih bisa diterapi, terutama dalam hal kemampuan bersosialisasi. Pasalnya, kemampuan mereka bersosialisasi sangat kurang.
“Cara terapi yang paling baik adalah mengajarkan anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Terapi dalam bentuk peer group akan lebih baik lagi,” paparnya.
Anak asperger biasanya memiliki kecerdasan yang tinggi, maka orangtua akan dengan mudah mengajarkan emosi sosial. Misalnya, mengajarkan bagaimana harus bersikap jika menghadapi situasi tertentu.
R. Kaan Ozbayrak,MD, Assistant Professor of Psychiatry University of Massachusetts Medical School menambahkan, beberapa hal lain yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak penderita sindrom asperger. Terapi atau pengobatan yang dilakukan juga harus disesuaikan.
Secara umum Ozbayrak mengatakan, anak-anak penderita sindrom asperger akan banyak terbantu oleh orangtua yang memahami dan mampu membantunya. Kemudian, mereka juga membutuhkan pendidikan yang diperuntukan khusus bagi kebutuhannya. Selain itu, anak memerlukan latihan kemampuan untuk bersosialisasi serta terapi wicara.
“Terapi sensori integrasi juga dapat berguna bagi anak-anak yang masih kecil untuk meminimalisir kondisinya yang terlalu sensitif. Sementara itu, untuk anak-anak yang lebih tua dapat mendapatkan terapi kognitif atau psikoterapi,” papar Ozbayrak.

anak yang menolak bersekolah...

Suatu hari Kiki (6 tahun) tidak mau bersekolah. Bahasa tubuhnyamenunjukkan bahwa ia tidak nyaman, cemas dan gelisah. Sebenarnya bukansekali dua Kiki seperti ini, orangtuanya menduga terjadi sesuatu padadiri putra sulung mereka.
Dalam perjalanannya, proses tumbuh kembang anak adalah prosesdinamis, yang dipengaruhi oleh faktor konstitusional, maturasional danjuga lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dalammenentukan karakter dan potensi anak di kemudian hari.
Penolakanbersekolah dengan latar belakang kecemasan pada anak merupakan salahsatu contoh kasus yang berkaitan dengan proses di atas. Walaupun belumada angka prevalensi yang pasti di Indonesia, akhir-akhir ini kasuspenolakan bersekolah sebagai dampak dari berbagai gangguan jiwa(terutama gangguan cemas) cenderung sering dijumpai.
Studi kepustakaan di luar negeri diperoleh angka prevalensi penolakan bersekolah sekitar 5 persen, angka tertinggi dijumpai pada rentang usia 5-6 tahun dan 10-11 tahun. Tidak ada perbedaan jender pada angka tersebut.
Anak menolak bersekolah, sudah pasti membuat orangtua dan guru menjadi khawatir, karena bagaimanapun bersekolah merupakan tanggung jawab anak. Selain menuntut ilmu, dengan bersekolah anak juga belajar bersosialisasi dengan lingkungan.
Kearney dan Silverman (1996) mendefinisikan perilaku penolakan sekolah sebagai suatu motivasi anak untuk tidak hadir di sekolah atau tidak mau tinggal dalam kelas mengikuti semua pelajaran pada hari itu. Dengan demikian, anak ingin cepat-cepat pulang meninggalkan kelas. Anak mungkin mencari berbagai alasan seperti berbagai jenis keluhan somatik.
Penolakan sekolah bukan merupakan suatu diagnosis klinis melainkan suatu gejala klinis dari berbagai gangguan jiwa tertentu misalnya gangguan cemas (sebagian besar), depresi, dan gangguan belajar.
Gangguan cemas
Merupakan gangguan yang paling banyak dialami anak yang tidak mau bersekolah. Last dan Strauss (1990) menyatakan bahwa 43,4 persen kasus penolakan bersekolah dilatar belakangi rasa cemas. Sementara Bernstein (1990) melaporkan 60-80 persen kasus penolakan disebabkan oleh kecemasan perpisahan, diikuti gangguan cemas lainnya, antara lain; gangguan cemas menyeluruh, fobia sosial, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan stres pascatrauma.
Gangguan cemas perpisahan. Merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh adanya kecemasan berpisah dengan seseorang yang lekat dan dekat dengannya.
Gangguan cemas menyeluruh. Ditandai dengan adanya preokupasi akan masa depan atau kejadian-kejadian di masa lalu sehingga menimbulkan kecemasan pada diri anak yang prominen.
Gangguan panik. Anak akan menunjukkan adanya suatu serangan kecemasan yang hebat yang timbulnya spontan yang akan memebuat anak menjadi waswas akan timbulnya serangan serupa di masa mendatang. Akibatnya, anak tidak mau keluar rumah tanpa ditemani oleh orangtua.
Penyebab dari kasus penolakan bersekolah dikelompokkan menjadi 3:
Faktor dari dalam diri anak
Anak mengalami distress emosional tertentu seperti kecemasan, depresi atau kesulitan berhubungan dengan lingkungan, serta kesulitan belajar.
Anak memiliki temperamen sulit (difficult temperament) dan pemalu (slow to warm up temperament) lebih banyak menolak bersekolah dibanding dengan anak yang bertemperamen mudah (easy temperament).
Faktor yang berasal dari orangtua, terutama berkaitan dengan interaksi anak-orangtua.
Anak dengan temperamen sulit dan pemalu seringkali memiliki interaksi buruk dengan orangtuanya sehingga memicu kecemasan anak.
Anak yang memiliki orangtua dengan gangguan jiwa (depresi, panik) meningkatkan gangguann cemas pada anak.
Pola asuh yang terlalu protektif atau terlalu mengontrol juga meningkatkan risiko gangguan cemas anak.
Faktor lingkungan sekolah.
Hubungan yang tidak serasi antara anak dengan teman-teman sekolahnya.
Kemampuan intelek anak yang tidak sesuai dengan tuntutan sekolah.
Pengalaman gagal dalam pendidikan
Pendekatan yang dapat dilakukan
Berdasarkan petunjuk American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP, 1997) tatalaksana kasus penolakan bersekolah dengan latar belakang kecemasan adalah dengan pendekatan multimodal, dengan menggabungkan terapi kognitif dan terapi obat antidepresan.

ibu yang mempunyai anak autis

Nia (25) tak pernah menduga akan dikaruniai anak autis. Tapi apa daya, ia pun hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Hanya usaha yang bisa ia lakukan agar kelak putranya itu bisa hidup layaknya anak normal.
Kevin adalah adalah anak pertama pernikahan Nia dengan Anton Simbolon. Kini usianya beranjak 5 tahun. Kelainan pada bocah lelaki kelahiran Medan, 1 Oktober 2002 ini mulai nampak ketika ia berusia dua tahun. Di usia itu ia belum bisa bicara dengan jelas.
“Sebelumnya ia tampak normal. Responnya pun masih normal. Jika dipanggil misalnya, ia akan menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya itu,” kenang Nia perempuan berdarah Sunda itu.
Cara bicara Kevin yang lambat dan tidak jelas sebelumnya dianggap Nia dan keluarga hanyalah masalah keterlambatan pertumbuhan saja. Dan mereka yakin, Kevin pasti bisa berbicara layaknya anak normal seiring dengan pertumbuhan usianya nanti. Dan Kevin pun sempat mengikuti sekolah playgroup dengan sesama anak normal lainnya.
Namun hingga enam bulan kemudian, anggapan itu tenyata keliru. Kevin belum menampakkan perubahan. Bahkan, perilaku Kevin tampak semakin tidak seperti biasanya. Hal inilah yang akhirnya menyadarkan Nia bahwa ia perlu memeriksakan apa sebenarnya yang terjadi pada anaknya itu.
Karena kurangnya informasi tentang kelainan Kevin, Nia kemudian membawa Kevin ke Bandung. Dokter pertama yang ditemuinya adalah dr Dadang Sharief (spesialias anak) yang mengatakan, Kevin mengalami masalah (gangguan) pada pencernaan.
Dugaan-dugaan diagnosa yang belum jelas tentang kelainan yang terjadi pada Kevin sempat membuat Nia bingung. Hingga akhirnya atas rujukan dr Dadang Syarif sendiri, Nia pun bertemu dengan dr Meli Budiman (Ketua Yayasan Autis Indonesia).
Kebetulan waktu itu dr Meli Budiman sedang berkunjung ke Bandung. Dan atas diagnosa sang dokter, Kevin dijelasakan positif mengidap autis. “Dokter langsung tahu setelah memeriksa tingkah laku Kevin,” jelas Nia. Dan menyarankan agar Kevin menjalani terapi rutin.
Sayangnya, Kevin hanya bisa menjalani terapi selama enam bulan karena terkendala masalah biaya. “Terus terang saya akui, sebagai orang tua yang masih muda, waktu itu kami masih belum mapan secara finansial dan pengalaman,” kata Nia.
Maka dengan terpaksa Nia pun kembali ke Medan dengan harapan mendapat dukungan dari orangtua dan keluarga. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Nia tidak mendapat respon dan dukungan dari mereka, yang bahkan tidak menerima kenyataan yang menimpa Kevin.
Meski demikian, Nia dan suami tidak menyerah. “Saya dan ayah Kevin berusaha berjuang sendiri tanpa ada dukungan dari pihak keluarga dengan usia yang masih muda, dengan keadaan yang belum mapan,” kata Nia.
Dengan keterbatasan itu, Nia pun merawat Kevin sendirian. “Selama satu tahun Kevin kami rawat di rumah, tanpa bimbingan medis,” katanya. Ibu muda ini hanya merawat anaknya dengan mengandalkan buku-buku dan video.
Hingga pada tahun berikutnya, Nia dan suami yang bekerja sebagai pegawai swasta, memutuskan agar Kevin kembali mengikuti terapi dan pendidikan di Yayasan YAKARI, yayasan khusus untuk penanganan bagi anak penderita autis di Kota Medan.
Meski demikian, tak banyak harapan Nia pada Kevin. Harapan yang hampir sama bagi ibu yang juga memiliki anak penderita autis, yang juga terjadi bagi Mama Yudha misalnya; juga orang tua lain yang menghadapi kondisi yang sama.
Harapan yang sangat sederhana sebenarnya. “Bisa mandiri saja sudah cukup,” pinta Nia. Kenyataanya, hingga kini Kevin masih kesulitan untuk makan sendiri, buang air kecil (besar) sendiri. Yang jelas, semuanya masih mengharapkan uluran tangan orang lain, meskipun untuk melakukan hal semudah apapun.
Semakin Sayang Karena Autis
Bagi Nia, menerima kenyataan memiliki anak menderita autis awalnya sangatlah tidak mudah. Apalagi Kevin adalah putra pertamanya dari perkawinan mudanya.
Rasa minder pun sering dialaminya. Tapi perasaan itu justru menyadarkannya bahwa ia harus menerima Kevin bagaimanapun ia adanya. “Sikap menerima adalah kunci ketabahan bagi setiap orangtua yang memiliki anak autis,” jelas Nia. Sikap yang pada awalnya sulit ia lakukan.
“Kalau bukan orangtua yang berusaha mendekatkan diri, maka semakin sulit bagi penderita autis untuk hidup berkembang seperti yang diharapkan,” katanya.
Nia pun mengaku semakin sadar akan makna cinta sesungguhnya. Juga semakin sadar bahwa anak adalah titipan Tuhan yang bagaimanapun ia adanya haruslah dijaga dan dibesarkan dengan ikhlas. Bahkan dengan rasa syukur.
“Jika Kevin tidak menderita autis, mungkin cinta saya tidak sebesar ini. Jika Kevin tumbuh normal, mungkin saya tidak akan merasakan kebahagiaan yang pasti tidak dirasakan orangtua lain,” tambahnya.
Kebahagiaan orangtua yang memiliki anak autis seperti Nia memang berbeda dengan kebahagiaan yang dirasakan oleh orangtua yang memiliki anak normal.
Nia mengaku akan bahagia jika misalanya, Kevin menunjukkan ekspresinya ketika dipanggil oleh ibunya; jika ia berbicara dengan baik atau ketika anaknya itu mampu melakukan hal lain yang bisa dilakukan anak normal, meski tak banyak.
“Mungkin kedengaran biasa saja bagi orang lain. Tapi itulah kebagiaan saya sebagai orang tua yang memiliki anak pengidap autis,” katanya dengan raut wajah sedih.
Pengalaman itu sekaligus membuat ia semakin sayang kepada Kevin. “Saya dan suami akan merawatnya semampu kami. Apa pun akan kami lakukan demi Kevin. Sebab inilah tanggungjawab kami sebagai orangtua.” Tak terasa matanya tampak basah memerah.
Orangtua, Terapis Autis Sesungguhnya
Apakah autis bisa disembuhkan? Semua orangtua seperti Nia pasti mengharapkan jawaban yang sama, yaitu: ya. Ini pulalah yang menjadi dasar keyakinan mereka sehingga berbagai upaya pun mereka tempuh.
Penanganan autis sejauh ini dilakukan dengan terapi, seperti terapi perilaku, wicara dan sensori (okupasi). Upaya lain adalah mencari gangguan metabolisme yang mungkin menjadi menjadi faktor pencetus gejala autis. Dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan darah, faecus, urine dan rambut (terapi biomedis).
Inilah upaya yang juga dilakukan YAKARI sejauh ini. Namun Arief Budi Santoso, konsultan pendidikan di yayasan itu mengatakan, berhasil tidaknya upaya itu tak lepas dari peran orangtua sendiri. Sebab orangtualah orang yang terdekat dengan anaknya.
Arief menjelaskan contoh kasus yang pernah dialami Catherine Maurice, seorang ibu yang memiliki tiga anak yang sama-sama mengidap autis. Seorang ibu yang terbilang berhasil hingga bukunya (“Let Me Hear Your Voice”), banyak menjadi acuan terapi bagi seluruh orangtua yang memiliki anak autis di seluruh dunia. “Catherine telah membuktikannya, “jelas Arief.
Penyebab autis
Sejauh ini penyebab autis dipastikan terjadi karena faktor genetik. Namun meskipun anak membawa predisposisi genetik, bila tidak ada faktor pencetus dari luar, diperkirakan gejala autis tidak timbul.
Selain itu adalah faktor pencetus sebelum kelahiran, seperti keracunan logam berat, terkena infeksi virus rubella, CMV, toxoplasma, jamur. Juga dikarenakan ibu memakan obat-obatan keras terutama pada saat trimester pertama masa kehamilan. Hal ini bisa mengganggu struktur susunan syaraf pusat janin sehingga anak akan menunjukkan gejala autis sejak akhir.
Autis juga muncul akibat faktor pencetus setelah kelahiran. Hal ini bisa disebabkan oleh terjadinya infeksi virus, jamur atau bakteri, terutama dalam usus. Adanya gangguan pencernaan yang menyebabkan berbagai macam alergi makanan, keracunan logam berat, seperti pB, Hg, As, dan Sb. Akibatnya, terjadi gangguan kekebalan tubuh (imunodefisiensi) sehingga anak sering sakit.
Juga diakibatkan banyaknya exorphin (casomorphin dan gliadorphin) yaitu protein yang berasal dari casein (susu sapi) dan gluten (tepung terigu) yang tidak dapat dicerna anak. Sehingga memberikan efek seperti morphin. Untuk diketahui, fungsi otak yang dipengaruhi morphin adalah bidang prilaku, perhatian, kecerdasan dan emosi.
Bila hal ini terjadi, maka munculah apa yang disebut autis regresif. Gejalanya bermacam-macam. Ketika anak sudah sempat berkembang normal, tapi kemudian terjadi kemunduran pada umur 18-24 bulan. Bahkan, perkembangannya bisa terhenti.
Gejala lain adalah, apa yang telah dipelajari dan dikuasai si anak menghilang perlahan-lahan. Misalnya, anak sudah mampu berbicara, tapi kemudian kemampuan bicara itu hilang disertai dengan munculnya gejala-gejala autis. Gejala ini terlihat dari prilakunya yang tidak normal.

anak adhd

Agus, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun. Ia senang melakukan kegiatan olahraga, khususnya futsal. Ia memiliki kemampuan akademik yang cukup memadai. Meskipun demikian, gurunya menyatakan bahwa prestasi belajarnya sangat kurang. Gurunya meyakini bahwa Agus akan menjadi lebih baik dalam prestasi belajarnya apabila guru lebih banyak memberikan perhatian khusus kepadanya.
Di sekolah, Agus sangat jarang mengerjakan tugas dan menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya walaupun waktu yang disediakan cukup lama. Ia sering mengganggu teman-teman sekelasnya saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Ia sering meninggalkan tempat duduknya dan selalu bertanya-tanya sesuatu yang kurang bermanfaat kepada gurunya dan teman sebangkunya. Bahkan, ia sering menyakiti teman-temannya, misalnya menusuk tubuh temannya dengan ujung pensil yang telah di runcingkan. Saat melakukan futsal, ia bergerak kesana ke mari ke segala posisi dengan gerakan yang dilakukan secara berantai tanpa henti-hentinya. Namun, ia tidak segera menyelesaikan tugas sebagai seorang pemain yang sedang bermain futsal.Di rumah, Agus termasuk anak yang sulit di atur. Rumahnya menjadi berantakan karena ia sering melakukan aktivitas memprakarsai unuk mencoba-coba membongkar dan memasang benda-benda yang ada di sekitrnya tanpa di selesaikan dengan baik. Sering kali ia membanting dan melempar benda-benda yang ada di sekitar ruangannya. Ayahnya melaporkan kepada gurunya bahwa Agus sering lupa terhadap apa yang pernah ia lakukan sehingga ayahnya frustasi oleh ulahnya dan sering membentak dengan keras saat Agus berperilaku tidak mau diam, bahkan menjadi berlebihan.
Berikut ini deskripsi kasus agus secara klinis..Agus secara jelas merupakan anak dengan karakteristik hiperaktif yang mempunyai kesulitan pemusatan perhatian secara berlarut-larut dalam melakukan suatu tugas yang di berikan kepadanya. Akibatnya, semua tugas yang di berikan kepadanya tidak pernaj terselesaikan dan seiring tidak mendengarkan dengan baik saat seorang berbicara dengan dirinya. Agus sering menunjukkan aktivitas geraknya yang sulit di hentikan.Anak-anak semacam Agus termasuk anak-anak hiperaktif yang berperilaku tidak mampu untuk diam sejenak dengan tenang di kursi belajarnya untuk beberapa menit (paling lama hanya lima menit) dan sering menunjukan gejala-gejala kegelisahan saat berada di ruang belajar. Dengan sikapnya tersebut menyebabkan gurunya dan teman-teman sekelasnya menjadi frustasi terhadap ulahnya. Dalam permainan futsal secara beregu, sering di lakukan pertemuan singkat saat waktu jeda dan sering kali Agus bertanya-tanya sambil berteriak-teriak terhadap pelatihnya (impulsivity).

anak disleksia

Pada suatu ketika ada seorang ibu yang mengeluhkan tentang perilaku anaknya, sebut saja Rudi. Rudi adalah seorang anak kelas 2 SD yang saat ini tidak ingin sekolah lagi. Nilai yang diperoleh Rudi semakin menurun dibanding sebelumnya. Rudi juga enggan mengerjakan PR bahasa Indonesia yang diberikan oleh gurunya dengan alasan bosan dan sudah bisa. Dengan penuh kesabaran ibunya membujuk Rudi untuk mengerjakan soal bahasa Indonesianya itu, sebelum menjawab pertanyaan yang tersedia ibu meminta Rudi untuk membaca cerita pendek yang ada pada buku pegangan miliknya. Namun betapa kaget dan shock ibunya saat mengetahui bahwa Rudi masih mengeja satu persatu huruf dari cerita pendek tersebut. Kemudian ibunya pun mendatangi gurunya dan menanyakan keadaan Rudi jika disekolah. Gurunya menjelaskan bahwa Rudi adalah siswa yang patuh, dan selalu memperhatikan guru saat diberi penjelasan. Namun Rudi sering terlihat malas dan tidak mau mengerjakan terutama saat pelajaran bahasa, mencongak atau membaca. Saat ini ibunya merasa kebingungan atas apa yang terjadi pada anaknya. Diantara kebingungannya, sang ibu kemudian membawa Rudi ke seorang Psikolog dan menemukan jawabannya bahwa Rudi mengalami Disleksia. Dari contoh kasus tersebut diatas merupakan suatu persoalan yang sering dialami oleh orangtua. Tidak jarang pula orangtua mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi persoalan yang sedang menimpa anaknya. Permasalahan anak di sekolah banyak disebabkan karena anak mengalami kesulitan dalam hal belajar. Anak dengan permasalahan belajar biasanya mempunyai permasalah yang khusus yakni mengalami kesulitan membaca, sedangkan inteligensinya normal dan tidak mempunyai penyimpangan lain.

anak indigo

Di sebuah daerah di Rusia, pada 1997 lahir seorang bocah laki-laki yang tidak lazim. Saat ibunya melahirkan dipagi hari yang cerah, segalanya tampak sedikit ganjil. Ibunya mengatakan, “Semuanya terjadi begitu cepat, hingga saat saya belum merasakan sakit apapun, Boriska sudah lahir. Ketika suster memperlihatkan bayi itu kepada saya, bocah itu justru menatap saya dengan tatapan seorang ginekolog, namun, saya tahu bayi yang baru lahir tidak mungkin memusatkan perhatian pada hal apapun,” demikian pengakuan Nadezhda Kipriyanovich, ibu Boriska.Saat ibu itu membawa Borische pulang ke rumah, diketahui anak ini semakin tidak seperti biasanya. Ia hampir tidak pernah menangis juga tidak pernah sakit, saat menginjak usia 8 bulan, ia sudah bisa mengucapkan kata-kata secara utuh, tidak ada kesalahan dalam hal pengucapan maupun tata bahasa. Begitu juga dalam memperlakukan mainan yang diberikan ayahnya, ia juga bisa menggunakan prinsip geometri dan secara tepat merakit kembali mainannya.Saat Boris menginjak usia 2 tahun, ia mulai mencoret-coret beberapa benda dengan warna biru dan lembayung. Psikolog yang mendeteksi hasil corat-coretnya menyebutkan, mungkin ia sedang mencoba melukis suatu lingkaran cahaya yang ditebarkan manusia. Belum juga menginjak usia 3 tahun, ia sudah bisa menjelaskan sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan fenomena alam semesta kepada orang tuanya. Ibunya mengatakan, “Ia dapat menyebutkan semua nama planet dalam sistem tata surya, bahkan nama satelit buatan; bahkan bisa menghitung nama dan jumlah galaksi. Awalnya, saya merasa ini agak mengerikan, saya berpikir apa anak saya bermasalah dengan jiwanya. Namun, saya putuskan untuk memeriksa sejenak apakah nama-nama yang disebutkan itu benar atau tidak, dan setelah saya menemukan sejumlah buku astronomi, ternyata apa yang disebutkannya itu benar”.Sehubungan dengan kemampuannya itu, Borische menjadi populer di kampung halamannya. Orang-orang sangat penasaran, bagaimana ia bisa mengetahui begitu banyak hal tentang astronomi. Tidak lama kemudian, Boriska kembali mulai menceritakan kejahatan yang dilakukan manusia. Ia bisa menarik seseorang yang berjalan di jalan raya, dan memintanya agar berhenti dan menjauhi narkotika, bahkan memberitahu pada laki-laki dewasa yang hilir mudik, agar jangan membohongi istri sendiri. Peramal cilik ini bahkan mengingatkan orang-orang mengenai bencana, wabah penyakit dan lain sebagainya yang akan segera tiba di dunia manusia, tindakan atau perilakunya yang ganjil ini membuat orang tuanya semakin bingung.“Kekuatan supranatural” atau Kelainan?Ketika musim panas 2005 ini, para ilmuwan dari lembaga penelitian radio dan magnetis bumi dari akademi ilmu pengetahuan sosial Rusia berhasil menangkap lingkaran cahaya di tubuh Boriska. Professor Vladislav Lugovenko mengatakan, “Ia memiliki spektrum energi yang berwarna biru tua (indigo), ini berarti bahwa ia adalah seorang yang bahagia dan berinteligensi tinggi. Kemampuan otak manusia yang paling unik adalah dapat menyimpan pengalaman, perasaan dan pikiran manusia serta sejumlah informasi alam semesta. Bahkan ada beberapa anak malah dapat melukiskan tentang ruang alam semesta”. Menurutnya, setiap orang bisa mengadakan hubungan atau kontak dengan cakrawala melalui saluran rohani.Professor mengatakan di bawah bantuan alat khusus, tidak tertutup kemungkinan dapat mendeteksi sejumlah kekuatan supranatural manusia yang terpendam. Ilmuwan dari berbagai negara di dunia saat ini sedang melakukan penelitian secara luas, mencoba menyingkap rahasia kekuatan supranatural anak-anak. Ia menyatakan, “Jelas sekali Borris adalah salah satu contoh tipikal “anak indigo”, ia mengemban misi khusus yang mengubah planet kita. Di China, India, Vietnam dan negara lain di dunia pernah melihat bocah seperti ini. Dan saya berani pastikan bahwa yang menciptakan peradaban baru di masa yang akan datang pastilah mereka.”Namun, banyak juga ilmuwan yang bersikukuh dengan pendapat yang berbeda. Menurut dunia ilmu kedokteran, anak-anak ini mungkin menderita “gejala (penyakit) konsentrasi yang tidak terpusat”. Psikolog menyarankan, perbanyak mendengar suara anak-anak, supaya mereka merasa dapat diterima oleh kita, dengan demikian akan bisa secara efektif memecahkan masalah “bocah biru” ini. Seorang penganut mistisisme yang terkenal di Rusia, Drunwalo Melhisedek juga bersikukuh menganggap, bahwa kondisi seperti ini mungkin disebabkan gen anak-anak sekarang mengalami mutasi, sehingga menyebabkan reaksi khusus pada jiwa dan inteligensi anak-anak. “Ini mungkin suatu pancaran berbentuk gelombang yang terpancar dari tubuh kita sendiri, atau mungkin juga efek dari medan magnet bumi kita, jadi setiap orang bisa saja menjadi “Anak Indigo”!demikian ujarnya.Anak-anak itu sebenarnya punya mekanisme pertahanannya sendiri. Ditanah air Annisa, misalnya. Gadis kecil berusia 4,5 tahun ini tiba-tiba berbicara dalam bahasa Inggris beraksen Amerika begitu ia bisa bicara pada usia 2,5 tahun. Padahal orang tuanya tidak berbahasa Inggris dengan baik. Meski tampak menggemaskan, dalam banyak hal ia berbicara dan bersikap seperti orang dewasa, bahkan menyebut dirinya ”orang Amerika” karena ”datang dari Amerika”. Nisa menyebut ibunya, Yenny bukan dengan panggilan mama.Kemampuan melihat dan mendengar Nisa sangat tajam pada pukul 23.00 sampai dini hari. Tetapi kalau secara sengaja diminta memperlihatkan kemampuannya, ia akan menolak dengan tidak memperlihatkan kemampuan itu sehingga ia tampak seperti anak-anak lainnya,” ujar Yenny. Kata sang ibu, Nisa tidak mudah bersalaman dengan orang. Ia seperti tahu orang yang suka pergi kedukun atau memakai jimat. Namun sebagai anak-anak Nisa juga suka menyanyi dan bermain.Jenis dan kemampuan anak indigo bermacam-macam. Meski memiliki kepekaan yang kuat, kepekaan mendengar dan melihat sesuatu yang tidak didengar dan dilihat orang kebanyakan, berbeda-beda gradasinya.Mungkin Cita (9) termasuk anak itu. Ini hanya salah satu kemampuan ”melihat” milik anak yang selalu mendapat rangking di sekolah itu. Cita tahu kapan hujan akan turun hari itu dan sebaliknya, meskipun mendung sudah menggantung.”Ia menjadi teman dan penasihat kami, bapak-ibunya. Disekolah, di keluarga besar kami, terasa ia menebarkan aura kedamaian dan kebahagiaan. Anak itu sangat tenang dan pemaaf,” ujar ibunya, Ny Dita.

anak gangguan belajar...

GANGGUAN BELAJAR DISGRAFIA, DISKALKULIA DAN DISLEKSIA
1. PENGERTIAN DISGRAFIAKelainan neurologis ini menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.
2. CIRI-CIRI DISGRAFIAAda beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya adalah:1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.2. Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.6. Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.7. Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
3. MEMBANTU ANAK DISGRAFIAAda beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di antaranya:1. Pahami keadaan anakSebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.2. Menyajikan tulisan cetakBerikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.3. Membangun rasa percaya diri anakBerikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.4. Latih anak untuk terus menulisLibatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
4. DISGRAFIA LEBIH BANYAK TERJADI PADA ANAK LAKI-LAKISebuah penelitian di Amerika melaporkan, kasus kesulitan belajar yang terkait ketidakmampuan menulis (disgrafia) lebih banyak ditemui pada anak laki-laki. Berkebalikan dengan kesulitan membaca seperti disleksia yang telah banyak diteliti, penelitian tentang kesulitan menulis masih sangat minim, sehingga angka kasusnya juga tidak jelas.Pada penelitian terbaru yang melibatkan lebih dari 5700 anak, diketahui bahwa sekitar 7-15 persen dari jumlah tersebut mengalami gangguan baca-tulis semasa duduk di bangku sekolah. Persentase ini bervariasi, tergantung kriteria yang dipakai untuk mendiagnosis masalah ini.Anak laki-laki kecenderungannya 2-3 kali lebih berisiko terdiagnosis ketidakmampuan membaca dibanding anak wanita, apa pun jenis kriteria diagnosis yang dipakai.Demikian dituliskan Dr Slavica K Katusic dan koleganya dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, Amerika, pada laporan yang dimuat dalam jurnal Pediatrics. Hasilnya mengindikasikan bahwa kasus gangguan menulis sama lazimnya dengan kesulitan membaca.Jika umumnya anak-anak dengan gangguan menulis juga mengalami kesulitan membaca, maka sekitar seperempatnya hanya mengalami gangguan menulis. “Fakta bahwa kasus pada anak pria lebih sering terkena berdasarkan penelitian yang lampau dikarenakan anak wanita secara umum tampil lebih baik dalam tulisan tangan dan ekspresi tertulis,” ujar Katusic.Penelitian lanjutan diperlukan untuk menggali lebih jauh perbedaan kasus terkait gender tersebut, termasuk kemungkinan pengaruh genetik dan lingkungan. Anak-anak dapat mengalami kesulitan baca-tulis atau beragam gangguan belajar lainnya di sekolah, dan jika memang terdiagnosis dengan gangguan tersebut.
5. DISGRAFIA PADA ANAK KESULITAN MENULIS DAN SOLUSINYAPeran dokter anak pada gangguan kesulitan belajar, terutama ditujukan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan usianya. Pada umur dua atau tiga tahun pada umumnya anak-anak belum belajar menulis, namun anak telah menyukai kegiatan menulis walaupun hanya sekedar coretan yang belum bermakna. Ketika memasuki usia sekolah, kegiatan menulis merupakan hal yang menyenangkan karena mereka menyadari bahwa anak yang bisa menulis akan mendapatkan nilai baik dari gurunya.Menulis membutuhkan perkembangan kemampuan lebih lanjut dari membaca. Perkembangan yang dikemukakan oleh Temple, Nathan, Burns; Cly: Ferreiro dan Teberosky dalam Brewer (1992) oleh Rini Hapsari :1) Scribble stage. Pada tahap ini anak ditandai dengan mulainya anak menggunakan alat tulis untuk membuat coretan. Sebelum ia belajar untuk membuat bentuk, huruf yang dapat dikenali.2) Linear repetitive stage. Pada tahap ini anak menemukan bahwa tulisan biasanya berarah horizontal dan huruf-huruf tersusun berupa barisan pada halaman kertas. Anak juga telah mengetahui bahwa kata yang panjang akan ditulis dalam barisan huruf yang lebih panjang dibandingkan dengan kata yang pendek.3) Random letter stage. Pada tahap ini anak belajar mengenai bentuk coretan yang dapat diterima sebagai huruf dan dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dalam urutan acak dengan maksud menulis kata tertentu.4) Letter name writing, phonetic writing. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara huruf dengan bunyi tertentu. Anak dapat menuliskan satu atau beberapa huruf untuk melambangkan suatu kata, seperti menuliskan huruf depan namanya saja, atau menulis ”bu” dengan sebagai lambang dari ”buku”5) Transitional spelling. Pada tahap ini anak mulai memahami cara menulis secara konvensional, yaitu menggunakan ejaan yang berlaku umum. Anak dapat menuliskan kata yang memiliki ejaan dan bunyi sama dengan benar seperti kata ”buku”, namun masih sering salah menuliskan kata yang ejaannya mengikuti cara konvensioanl dan tidak hanya ditentukan oleh bunyi yang terdengar seperti hari ”sabtu” tidak ditulis ”saptu”, padahal kedua tulisan tersebut berbunyi sama jika dibaca6) Conventional spelling. Pada tahap ini anak telah menguasai cara menulis secara konvensional yaitu menggunakan bentuk huruf dan ejaan yang berlaku umum untuk mengekspresikan berbagai ide abstrak.
Pada anak usia sekolah, perkembangan menulis telah berada pada tahap terakhir yaitu conventional spelling, selain telah dapat menulis dengan huruf dan ejaan yang benar, anak pada usia kelas dua SD telah memperhatikan aspek penampilan visual mereka.
6. PENGERTIAN DISKALKULIAMenurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta, diskalkulia dikenal juga dengan istilah “math difficulty” karena menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam memahami proses-proses matematis. Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol matematis.
7. CIRI-CIRI DISKALKULIAInilah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan:1) Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.2) Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehari-harinya, ia sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.3) Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep hitungan angka atau urutan.4) Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.5) Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.6) Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan mengisi deret hitung serta deret ukur.7) Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.
8. FAKTOR PENYEBAB DISKALKULIAAda beberapa faktor yang melatarbelakangi gangguan ini, di antaranya:1) Kelemahan pada proses penglihatan atau visualAnak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan menulis dengan tangan.2) Bermasalah dalam hal mengurut informasiSeorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.3) Fobia matematikaAnak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Jika hal ini tidak diatasi segera, ia akan mengalami kesulitan dengan semua hal yang mengandung unsur hitungan.
9. CARA PENANGGULANGAN DISKALKULIADiagnosa diskalkulia harus dilakukan oleh spesialis yang berkompeten di bidangnya berdasarkan serangkaian tes dan observasi yang valid dan terpercaya. Bentuk terapi atau treatment yang akan diberikan pun harus berdasarkan evaluasi terhadap kemampuan dan tingkat hambatan anak secara detail dan menyeluruh.Bagaimanapun, kesulitan ini besar kemungkinan terkait dengan kesulitan dalam aspek-aspek lainnya, seperti disleksia. Perbedaan derajat hambatan akan membedakan tingkat treatment dan strategi yang diterapkan. Selain penanganan yang dilakukan ahli, orang tua pun disarankan melakukan beberapa latihan yang dapat mengurangi gangguan belajar, yaitu:1) Cobalah memvisualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti, dengan menggunakan gambar ataupun cara lain untuk menjembatani langkah-langkah.atau urutan dari proses keseluruhannya.2) Bisa juga dengan menyuarakan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta si anak mendengarkan secara cermat. Biasanya anak diskalkulia tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep secara verbal.3) Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas agar anak mudah melihatnya dan tidak sekadar abstrak. Atau kalau perlu, tuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.4) Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktek serta aktivitas sederhana sehari-hari. Misalnya, berapa sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.5) Sering-seringlah mendorong anak melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah menampilkan ingatannya tentang angka.6) Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan atau bahkan usaha yang dilakukan oleh anak.7) Lakukan proses asosiasi antara konsep yang sedang diajarkan dengan kehidupan nyata sehari-hari, sehingga anak mudah memahaminya. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan.
10. PENGERTIAN DISLEKSIAKata disleksia diambil dari bahasa Yunani, dys yang berarti “sulit dalam …” dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis.Sedangkan dalam arti luas, disleksia berarti segala bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata, seperti kesulitan membaca, mengeja, menulis, maupun kesulitan untuk memahami kata-kata (Pollock & Waller, 1994).Kesulitan baca tulis bukan pertanda anak bodoh. Mungkin ia membutuhkan cara bejar yang berbeda. Membaca di depan kelas adalah siksaan bagi si kecil. Bulan-bulan pertama duduk di kelas I SD amat gembira. Namun, saat teman-teman sudah mulai bisa membaca, ia masih bergulat dengan kesulitannya. “Memikir dulu ini huruf apa,”. Anak yang terganggu kemampuan baca atau tulisnya, biasa disebut kelainan disleksia, ternyata tidak berarti terbelakang atau bodoh. Penanganan dini dibarengi ketekunan serta motivasi yang kuat akan mengatasi kelainan itu.Anak dengan kelainan disleksia, menurut penelitian, dilahirkan dari keluarga dengan kesulitan kronis dalam membaca atau mengeja, sekalipun intelegensi mereka cukup tinggi. Selain itu para peneliti menemukan bahwa susunan kromosom kaum disleksia berhubungan erat dengan sistem kontrol imunitas. Ini menunjukkan, para penderitanya rentan terhadap serangan dari antibodi.
11. GEJALA-GEJALA DISLEKSIAa. Sulit mengejab. Sulit membedakan huruf b dan d
c. Kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulisd. Sulit mengingat arah kiri dan kanane. Sulit membedakan waktu (hari ini, kemarin, besok)f. Sulit mengingat urutang. Sulit mengikuti instruksi verbalh. Sulit berkonsentrasi, perhatiannya mudah beralihi. Sulit berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan (bahasanya kaku dan tidak berurutan)j. Untuk berhitung seringkali juga mengalami kesulitan, terutama dalam soal ceritak. Tulisan sulit dibacal. Kurang percaya diri
12. CIRI-CIRI DISLEKSIAInilah tanda-tanda orang dengan gangguan disleksia, seperti:a. Memiliki penampilan umum yang cerdas, atau sangat cerdas, atau pandai bicara. Tapi memiliki kesulitan untuk membaca, menulis, atau mengeja.b. Seringkali dicap sebagai anak yang malas, bodoh, ceroboh, tidak matang atau dianggap tidak cukup tangguh berusaha atau memiliki masalah perilaku.c. Tidak cukup terbelakang atau tidak cukup buruk hingga perlu mendapat pertolongan di sekolah.d. Memiliki IQ yang tinggi, meski secara akademis tidak meraih nilai yang tinggi. Jika tes dilakukan secara lisan maka hasilnya sangat baik, tapi tidak untuk tes atau ujian tertulis.e. Merasa diri sebagai orang yang bodoh, sering kurang percaya diri, sering menutupi kekuarangan diri dengan berbagai strategi, mudah frustasi dan emosional dalam menghadapi masalah atau ujian sekolah.f. Biasanya berbakat dalam hal seni, drama, musik, olah raga, mekanik, membaca cerita, penjualan, bisnis, desain, bangunan atau teknik.g. Sering kelihatan melamun atau suka mengkhayal, atau seringkali lupa waktu.h. Kesulitan menjaga perhatian pada satu hal.i. Biasanya lebih mudah belajar lewat pengalaman pribadi, demonstrasi, percobaan, observasi, dan dengan alat bantu belajar.j. Sering mengeluh pusing, sakit kepala atau sakit perut saat pelajaran membaca.k. Bingung membedakan huruf, angka, kata, rangkaian penjelasan atau verbal.l. Dalam menulis atau membaca sering mengulang-ulang, menambahkan, salah mengartikan, menghilangkan, mengganti atau membalik huruf, angka dan/atau kata.m. Sering mengeluh merasa melihat obyek bergerak, yang sesungguhnya tidak ada, saat membaca atau menulis.n. Kelihatan memiliki masalah dengan penglihatan, meski pemeriksaan kesehatan mata tidak menemukan masalah apapun.o. Secara ekstrim memiliki ketajaman penglihatan atau pengamatan, atau sebaliknya kurang tajam dalam hal menentukan persepsi atau penglihatan periferal.p. Membaca dengan sedikit pemahaman.q. Mengeja dengan fonetik dan tidak konsisten.r. Memiliki pendengaran yang tajam, mendengat hal-hal yang tidak jelas didengar orang lain. Dan mudah terganggu oleh suara.s. Kesulitan mengungkapkan pemikiran dengan kata-kata, bicara dengan terpatah-patah, sering bicara dengan kalimat yang tak jelas, gagap saat stres, salah mengucapkan kata-kata yang panjang, saat bicara mengubah urutan frasa atau kata.
13. PENYEBAB DISLEKSIAPenyebab disleksia dapat dibagi menjadi tiga yaitu:a. faktor biologis,b. faktor kognitif dan pemrosesan sertac. faktor perilaku.Oleh karenanya, untuk mengidentifikasi anak disleksia perlu pemeriksaan menyeluruh dari segi biologis, kognitif serta perilaku. Seorang dokter dapat membantu melihat ada tidaknya gangguan biologis yang menyertai, atau ada tidaknya gangguan neurologis. Sedangkan pemeriksaan mendalam dilakukan untuk melihat ada tidaknya masalah dalam segi kognitif serta pemprosesan informasi (Reid, 2001).Membaca sendiri memiliki dua proses dasar yaitua. proses decoding atau pengenalan kata danb. proses pemahaman.
14. PENANGANAN DISLEKSIA SECARA UMUMAnak disleksia dapat belajar di sekolah reguler ataupun disekolah khusus. Jika dengan kesulitan belajarnya tersebut, anak masih dapat mengikuti pelajaran dengan nilai yang “cukup” dan perkembangan sosial dan emosinya tidak terganggu, maka kondisi ini masih memungkinkan anak itu untuk belajar disekolah reguler. Namun jika kesulitannya itu sangat berpengaruh pada prestasi belajarnya, bahkan sampai tidak naik kelas, maka anak seperti ini sebaiknya ditangani di sekolah khusus agar memperoleh penanganan yang lebih terfokus. Di sekolah khusus yang menangani anak-anak yang memiliki kesulitan belar spesifik (diantaranya anak disleksia), dilakukan pendekatan sebagai berikut:a. Manajemen kelas kecilDengan kelas yang terdiri dari 10 anak, yang dibimbing oleh 2 orang guru, perhatian guru untuk masing-masing anak lebih terfokus. Dalam kelas yang relatif kecil ini, siswa juga lebih mudah mengarahkan perhatiannya.b. Pendekatan multisensoryAgar siswa lebih mudah memahami pelajaran, guru menyampaikan materi melalui berbagai indera, baik penglihatan, pendengaran, sentuhan, ataupun dengan pengalaman langsung.c. Adanya aturan kelasAturan kelas berfungsi untuk mengkondisikan situasi belajar di kelas agar menjadi kondusif dan proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar. Aturan di masing-masing kelas bisa berbeda, tergantung dari kondisi siswa dari kelas yang bersangkutan.d. Adanya reward systemUntuk siswa berkesulitan belajar, reward system ini amat bermanfaat untuk membangun motivasi mereka. Pada mulanya reward bersifat eksternal dan secara bertahap diubah menjadi internale. Pelatihan ketrampilan sosialPelatihan ini berguna untuk meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun lingkungan sosial anak. Dalam pelatihan ini, anak juga diarahkan untuk memahami kesulitan belajarnya dan bagaimana strategi untuk mengatasinya.f. Belajar dengan iringan musikDi kelas anak belajar dengan iringan musik klasik, untuk mengarahkan konsentrasi dan emosi mereka.g. Kegiatan ekstra-kurikuler difokuskan untuk meminimalkan kesulitan belajar anakKegiatan ini bukan diarahkan pada prestasi, tetapi lebih pada melatih proses-proses yang dapat meminimalkan kesulitan belajar siswa. Misalnya kegiatan sepak bola difokuskan untuk melatih koordinasi visual-motorik dan kerjasama.
15. STRATEGI YANG DILAKUKAN DI KELASSecara faktual, kesulitan anak disieksia bukan hanya pada membaca, tetapi juga pada bidang lain. Menurut Pollock & Waller (1994), anak disieksia dapat mengalami gangguan di satu atau beberapa bidang dalam proses belajarnya, yaitu:1) Membaca2) Menulis3) Memahami urutan (sequencing)4) Memahami orientasi5) Memahami angkaDi kelas, guru-guru mempunyai strategi yang dikembangkan dengan kreativitasnya masing-masing untuk mengatasi masalah-masalah tersebut